Monday, May 11, 2015

MAHAMERU : “Sebuah Legenda Tersisa - Puncak Abadi Para Dewa”

MAHAMERU :
“Sebuah Legenda Tersisa - Puncak Abadi Para Dewa”


Gunung Mahameru merupakan sebuah gunung yang terdapat di pulau Jawa, Indonesia. Gunung Mahameru mempunyai ketinggian setinggi 3,676 meter. Gunung Mahameru merupakan gunung yang tertinggi di pulau Jawa dan gunung berapi yang kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.676m dari permukaan laut dan merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif. Gunung Mahameru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Gunung Mahameru juga dikenal dengan nama Gunung Semeru. Namun sebenarnya masih ada gunung lain yang bernama Gunung Semeru, yang berada di timur pulau jawa didekat gunung Argopuro. Mahameru merupakan gunung yang tertinggi di Pulau Jawa dan gunung berapi yang kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3676m dpl dan merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif. Setiap lebih kurang 20 menit sekali kawahnya mengeluarkan abu vulkanik berwarna hitam dan pasir.

Posisi gunung ini terletak diantara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06′ LS dan 120°55′ BT. Dilihat dari kejauhan Mahameru menunjukan bentuk kerucut yang sempurna, tetapi saat berada dipuncak gunung tersebut berbentuk kubah yang luas dengan medan beralun disetiap tebingnya. Kawah Jongring Saloka, demikian nama kawahnya ini pada tahun 1913 dan tahun 1946 diisi suatu kubah kawah. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava kebagian selatan daerah Pasirian, Candiputro dan Lumajang.

Gunung Mahameru adalah bagian termuda dari pegunungan Jambangan tetapi telah berkembang menjadi strato-vulkano luas yang terpisah. Aktivitas material vulkanik yang dikeluarkan meliputi: - Letusan abu, lava blok tua dan bom lava muda - Material lahar vulkanik bercampur dengan air hujan atau air sungai. - Letusan bagian kerucut yang menyebabkan longsoran. - Pertunbuhan lamban/beransur dari butiran lava dan beberapa kali guguran lahar panas.

Seperti pada umumnya ditempat tinggi lainnya, daerah sepanjang rute perjalanan dari mulai Ranupane (2.200m dpl) sampai puncak Mahameru mempunyai suhu relatif dingin. Suhu rata-rata berkisar antara 3°c - 8°c pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15°c - 21°c. Kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan salju kecil yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Suhu yang dingin disepanjang rute perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini menyebabkan udara semakin dingin.

Orang pertama yang mendaki gunung ini adalah CLIGNET (1838) seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren, selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari utara lewat gunung Ayet-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Tahun 1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.

Sumber:
Wikipedia



JALUR PENDAKIAN

JALUR NORMAL
Jalur yg biasa dipakai untuk pendakian.


Hari pertama dimulai dari Ranu Pane, Landengan Dowo, Watu Rejeng, Ranukumbolo -> 4 - 5 jam tergantung fisik, Ngecamp Ranu Kumbolo, kalo kuat terusin aja sampai kali mati.

Ranu Pane

Landengan Dowo

Watu Rejeng

Hari kedua dari Ranu Kumbolo, Tanjakan Cinta, Oro-Oro Ombo, Cemoro Kandang, Jambangan, Kalimati, Arcopodo.

Ranu Kumbolo

Tanjakan Cinta

Oro-Oro Ombo

Cemoro Kandang

Jambangan

Kalimati

Hari ketiga Arcopodo, Cemoro Tunggal, Puncak Mahameru, turun Arcopodo lagi, trus kalo fisik masih joss bisa tancap langsung ke Ranu Kumbolo.







Hari ke 4 Ranu Kumbolo, Watu Rejeng, Ranu Pane, klo masih ada kendaraan bisa langsung turun ke Tumpang.


JALUR AYE-AYE
Untuk jalur Aye-Aye kita tetap harus ke desa Ranu Pane dulu.


Hari ke 1: Desa Ranu Pane, Aye-Aye, Ranu Kumbolo, ngecamp Ranukumbolo. Dari desa start jam 10:30 sampai Ranukumbolo jam 4 sore.


Hari ke 2: Ranu Kumbolo, Tanjakan Cinta, Oro-Oro Ombo, Jambangan, Kalimati, Arcopodo. Start hari ke-2 jam 08:30 sampai Kalimati jam 1-an, break 1 jam ambil air di Sumber Mani. Trus tancap lagi ke Arcopodo, sampai Arcopodo jam 15:30 sore, buka tenda.


Hari ke 3: Arcopodo, Cemoro Tunggal, Puncak Mahameru, turun usahakan sampai Ranu Kumbolo lagi
Start final jam 02:30 pagi, sampai puncak jam 05:30, gak bisa cepet waktu itu dikarenakan buaanyak banget yg mau ke puncak, trus angin kueenceng banget. Waktu pendakian yg ke empat aq pernah start dari Arcopodo jam 03:00 sampai puncak jam 5 kurang. 
Setelah puas dipuncak kurang lebih 1 jam, turun kembali ke base camp di Arcopodo, bongkar tenda, kelar turun ke Kalimati, break santai2, jam 10:30 tancap langsung ke Ranu Kumbolo lagi, sampai Ranu Kumbolo jam 3 sore, buka' tenda.

Hari ke 4: Balik sesuai jalur berangkat


JALUR WATU PECAH
Pendakian lewat watu pecah sangat menguras tenaga, dikarenakan start pendakian itu dari gapura ds gubug klakah. Selain itu sangat jarang pendaki lewat sini dikarenakan jalur ini memang tidak lazim (jalurnya penduduk sekitar mencari kayu bakar, jamur, dll).


Dari tumpang naik mikrolet jurusan gubug klakah.


Hari ke 1: Gubug Klakah, kali air terjun Coban Pelangi, usahakan sampai diatas Alas Jowo break ngecamp.


Hari ke 2: Camp pertama, puncak Watu Pecah, turun ke Ranu Kumbolo, break bentar trus isi air secukupnya. T
ancap ke Kalimati, klo persediaan air kurang isi lagi di Sumber Mani, klo cukup langsung aja ke Arcopodo klo emang kuat hehehehehehe...

Hari ke 3: Arcopodo, Cemoro Tunggal, puncak Mahameru, turun langsung tancap ke Ranu Kumbolo.

Hari ke 4: Ranu Kumbolo, naik ke puncak watu pecah dulu, baru turun sampai cape'.... Start dari Ranu Kumbolo jam 08:30 pagi sampai di gapura gubug klakah jam 4 sore.



JALUR PRONOJIWO (PERBAKALA)
Jalur pendakian lewat sisi selatan Semeru. Terus terang, jalur ini sangat tidak lazim untuk pendakian dikarenakan sulitnya medan, trus kita harus melintasi aliran lahar semeru. Jalur yang sangat super berat. Cukup sekali saja saya lewat jalur ini pada waktu pendakian pertama tahun 95 itu aja ama bokap teman yg udah pernah lewat sini 6 kali. 


Beliau pernah cerita sekitar th 90 an, bopak temen itu ama gengnya naik lewat jalur selatan, pas dibatas vegetasi hutan pinus ama pasir, mereka nemu bekas base camp ama bendera merah putih + bendera jungring saloko mapala Universitas Negeri Malang. Mungkin dikarenakan sulitnya medan mapala jungring saloko meninggalkan bendera merah putih + bendera mapalanya.

Waktu itu saja 3 hari pendakian kita baru sampai di pasir, hampir tidak ada jalan memang dari start pendakian sampai perbatasan pasir itu. Sudut kemiringan pasir lebih miring beberapa derajat daripada lewat jalur sisi barat (arcopodo). Yang aku ingat waktu itu hari ke 4 kita start jam 05:30 pagi sampai puncak jam 15:30 sore hari kurang lebih 9 jam. Masing2 orang tetap membawa carrier masing2, gk mungkin kita akan turun kembali lewat jalur itu. Klo lewat sisi barat, umumya pendaki hanya membawa tas kecil untuk makanan + minuman.


Sumber: 
https://groups.yahoo.com/neo/groups/tl-undip/conversations/messages/3817

0 comments:

Post a Comment