Menggapai Puncak Rinjani

Menjelajah Kediaman Terakhir Dewi Anjani

Lawu Lewat Candi Cetho

Perjalanan Terpanjang Menuju Puncak Lawu

Puncak Mahameru

Sebuah Legenda Tersisa - Puncak Abadi Para Dewa

Menggapai Puncak Rinjani

Menjelajah Kediaman Terakhir Dewi Anjani

Lawu Lewat Candi Cetho

Perjalanan Terpanjang Menuju Puncak Lawu

Tuesday, August 2, 2016

Argopuro Lintas Baderan - Bremi


Jalur Pendakian Terpanjang di Pulau Jawa:
Gunung Argopuro Lintas Baderan - Bremi


Sebelum mengikuti catatan perjalanan saya, ada baiknya saya berikan kata-kata pembuka dulu mengenai Gunung Argapura atau yang lebih populer dengan sebutan Argopuro. 

Gunung Argopuro ini terletak di Jawa Timur dan berada dalam wilayah Kabupaten Situbondo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Bondowoso. Gunung ini juga termasuk bagian dari Pegunungan Hyang, sehingga kompleks ini sering disebut Hyang-Argopuro. 

Di antaramata para petualang dan penjelajah alam di Indonesia, Gunung Argopuro terkenal dengan jalur pendakian terpanjang di Pulau Jawa. Namun lebih dari itu, banyak hal yang menjadi daya tarik dari gunung ini. Di antaranya adalah sabana-sabananya yang menawarkan keindahan luar biasa. Salah satu sabananya, yaitu Cikasur bahkan pernah menjadi pangkalan udara tertinggi di Indonesia dan menjadi habitat burung merak. Selain itu, tepat di salah satu puncaknya yaitu puncak Rengganis terdapat peninggalan bangunan bersejarah seperti istana yang sampai saat ini masih menyimpan banyak misteri. Selain itu juga terdapat Danau Taman Hidup yang sudah menjadi salah satu obyek wisata. Untuk mendaki Gunung Argopuro terdapat dua jalur yang terkenal yaitu Jalur Bremi, Probolinggo dan Jalur Baderan, Situbondo. 

Bertepatan dengan momen hari kemerdekaan, saya ditemani teman saya, Adi, berkesempatan menjajal jalur pendakian Argopuro lintas Baderan - Bremi.



HARI KE 1, 15 AGUSTUS 2015.

±10.30
Berangkat dari Surabaya menuju Besuki dengan mengendarai besi kuda Honda K45.

±03:00
Tiba di Alun-Alun Besuki. Bertemu dengan rombongan pendaki dari Sidoarjo yang juga mau mendaki ke Argopuro. Setelah istirahat dan ngopi, Saya dan Adi bersama rombongan pendaki Sidoarjo pergi ke pasar Besuki yang letaknya tidak jauh di sebelah barat alun-alun. Setelah persiapan logistik beres, saya, Adi dan rombongan pendaki Sidoarjo patungan untuk carter pick up menuju desa Baderan.

±05:00
Tiba di desa Baderan. Suasana desa masih sepi, namun terasa damai sekali. Dan udara dingin terasa menusuk kulit. Sholat Subuh lalu sarapan di warung warga. Tidak lupa bungkus nasi untuk makan siang nanti. Setelah itu pisah dengan rombongan pendaki Sidoarjo untuk berangkat duluan.

±07:00
Memakai jasa ojek dengan ongkos 35 ribu, meninggalkan desa Baderan menuju ke batas jalan makadam.
Ojek dari Baderan

±07:57
Mulai menapakkan kaki menyusuri trek tanah. Di kanan kiri adalah perkebunan warga. Semakin naik jalan menjadi sempit seperti jalan air waktu hujan.
Jalur selokan yang menyiksa kaki

±10:30
Melalui Mata Air 1. Terlihat beberapa tenda berdiri disini. Istirahat sejenak kemudian lanjut jalan. Tidak terlalu lama istirahat memang, mengingat jalan masih panjang.

±13:00
Tiba di Mata Air 2. Istirahat, makan siang dan sholat Dhuhur dulu disini.
Mata Air 2 berupa sungai kecil yang letaknya turun di sebelah kanan jalur

±15:54
Tiba di Sabana 1. Bertemu dua orang pendaki dari Semarang, Oyong namanya dan seorang temannya. Sejak dari sini kita jalan beriringan terus, pas 4 orang. Rombongan 4 orang terasa lebih nyaman, tidak terlalu ramai juga tidak terlalu sepi.
Sabana pertama

±16:20
Tiba di Sabana 2. Banyak juga rombongan yang tiba terlebih dahulu disini, termasuk dari Komunitas Pendaki Tektok.
Sabana kedua

±17:03
Meninggalkan Sabana 2 setelah cukup lama berhenti disini, karena terhipnotis oleh pemandangan sabana yang sangat indah. 

Perjalanan selanjutnya melewati beberapa sabana lagi dan jalur yang didominasi tanaman Jelatang atau Jancukan. Hari mulai gelap, langkah kaki mau tak mau harus dipercepat supaya sampai di Cikasur tidak terlalu malam.

±18:00
Tiba di area Sabana Cikasur. Sebelum menuju Pos Cikasur, terlebih dulu lewat sungai untuk mengambil air. Cuaca lagi ekstrim, udara dingin terasa sangat menusuk kulit. Tiba di area kemah langsung membuka tenda. Saking dinginnya udara, sampai telapak kaki mati rasa dan sakit sekali.


HARI KE 2, 16 AGUSTUS 2015.

±06:00
Bangun pagi lihat tenda dan keril sudah berlapiskan es tipis. Mau keluar jadi malas karena udara sangat dingin. Sekitar jam 07.00 baru berani keluar hehee... 
Cikasur bersalju
Kondisi bangunan Pos Cikasur sudah rubuh, namun masih bisa ditempati. Sabana Cikasur terkenal sebagai salah satu sabana terindah dan terluas di indonesia. Salah satu momen yang paling ditunggu adalah penampakan fisik burung merak. Tapi apa boleh buat, hanya suaranya aja yang terdengar berkokok di kejauhan, dibalik semak-semak yang rimbun. 
Bekas landasan pesawat
Sabana Cikasur dilihat dari atas bukit
Setelah puas berburu foto pemandangan dan tidak lupa memetik selada air di sungai buat lalapan pas sarapan.
Sungai kehidupan di Cikasur

±09:45
Ketika hendak meninggalkan Sabana Cikasur, tiba-tiba ada rombongan motor trail datang. Kedatangan rombongan motor yang menimbulkan suara bising ini langsung merusak suasana Cikasur yang damai dan alami. Memang sih, warga setempat diijinkan menawarkan jasa ojek dari desa Baderan hingga Cikasur. Tapi seharusnya motor selain ojek tidak diperbolehkan 
karena berpotensi merusak ekosistem. Kasihan hewan-hewan penghuni Cikasur menjadi ketakutan. Padahal disini adalah sarang hewan-hewan liar, karena ada sumber air dan sungai.
Perjalanan menuju cikasur masuk keluar hutan dan sabana beberapa kali. Tidak ada tanjakan yang berarti. Cuaca cerah sekali, bahkan semakin siang terasa makin panas. Sesekali diselingi dengan kokok burung merak bunyinya terus terang bagi saya menakutkan hehee... 

±12.30
Setelah melewati trek yang melipir lereng, akhirnya tiba di area Cisentor. Seperti halnya di Cikasur, kedatangan kami di Pos Cisentor disambut aliran sungai. Di sungai ini juga tumbuh banyak selada air.
Sungai kecil Cisentor
Di area Cisentor bertemu dengan rombongan pendaki yang disponsori oleh salah satu produk perlengkapan alam bebas. Mereka rupanya bermalam disini dan melakukan perjalanan ke puncak tadi pagi.
Pos Cisentor
Istirahat dan makan siang dulu, lalu lanjut perjalanan. Jalur mulai menanjak, berupa jalan setapak dan di kanan kiri semak-semak yang tinggi.

±15:50
Tiba di Rawa Embik. Disini ada aliran air kecil. 
Sementara matahari mulai bersembunyi dibalik tingginya puncak-puncak Argopuro, namun sinarnya masih menerangi langit. 
Rawa Embik
Setelah mengambil bekal air dari aliran air, perjalanan berlanjut. Di tengah perjalanan naik sempat berpapasan dengan rombongan pendaki sudah lebih dulu tiba di atas dan turun lagi untuk mengambil air ke Rawa Embik. Semakin sore angin semakin kencang. Karena musim kemarau, jalan yang dilewati berdebu tebal. Penutup hidung dan mulut harus terpasang supaya tidak menghirup debu-debu yang terbang terbawa angin.

±18:30
Tiba di Sabana Lonceng...
Lokasi Sabana Lonceng di kelilingi oleh bukit-bukit yang lebih tinggi sehingga cukup terlindung dari angin yang kencang. 

Sudah ada api unggun besar menyala dan hanya ada 1 tenda yang berdiri, punya kelompok pendaki yang tadi turun mengambil air ke Rawa Embik. Saya dan Adi segera mendirikan tenda. Setelah PW alias Posisi Wenak di dalam tenda, para pendaki tadi meminjam jaket, 
baju atau apa saja buat menahan dingin. Maklum, tenda mereka adalah tenda tradisional dari terpal yang digantung dan ditarik dengan tali yang diikat ke dua batang pohon. Saya pinjamkan saja jas hujan milik saya. 

Angin yang berhembus cukup kencang dan suhu yang dingin membuat saya enggan keluar tenda. Tidur lebih nikmat setelah perjalanan kurang lebih 9 jam hehehe


HARI KE 3, 17 AGUSTUS 2015.

±05:30
Berangkat ke Puncak Rengganis dengan semangat 45 hehehe... Karena hari ini bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia tercinta. Puncak Rengganis berada tepat di belakang atas tempat saya dan Adi mendirikan tenda. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di puncak yang memiliki situs perbakala tertinggi di tanah Jawa ini. 

±06:00
Sampai di Puncak Rengganis...
Sungguh, saya tidak pernah mengira di tempat yang sangat jauh di tengah hutan dan di ketinggian seperti ini terdapat peninggalan peradaban kuno. Rasanya tidak habis-habisnya rasa kagum saya akan tempat ini. Membayangkan, bagaimana orang-orang jaman dulu menemukan tempat ini, mendirikan bangunan, dan hidup di tempat ini? Apakah situs ini merupakan pemukiman permanen atau tempat suci yang hanya dikunjungi pada masa-masa tertentu saja? Banyak sekali rasa penasaran yang hinggap di benak saya. Ah rasanya ingin berlama-lama di tempat ini. Suatu saat nanti ingin ke sini lagi dan berlama-lama disini :D
Gunung Raung yang sedang aktif tampak dari Puncak Rengganis
±07:30
Tiba di Sabana Lonceng lagi, masak-masak dan sarapan. Tidak ketinggalan foto-foto, mumpung cuaca sedang cerah.
Puncak Argopuro dilihat dari Sabana Lonceng 

±09:00
Meninggalkan Sabana Lonceng menuju Puncak Argopuro. 
Melihat Sabana Lonceng dari lereng Puncak Argopuro
Ternyata lereng puncak argopuro baru saja mengalami kebakaran, bahkan kepulan asap masih terlihat di beberapa bagian. Alhasil sepatu, bagian bawah celana dan tangan jadi ikut gosong akibat bersentuhan dengan rumput gosong dan berpegangan batang pohon yang gosong.

±09:40
Tiba di Puncak Argopuro...
Puncak Argopuro
Kondisi area puncak gosong merata akibat kebakaran. Puncak Argopuro masih di tumbuhi banyak pohon pinus besar, sehingga pemandangan tidak leluasa. Tapi ada enaknya juga kalau untuk bermalam, bisa terlindung dari hembusan angin gunung yang kejam :D

±10.13
Meninggalkan puncak Argopuro menuju Puncak Hyang/Arca.
Semeru terlihat di sela-sela perjalanan ke Puncak Hyang

±10.25
Tiba di Puncak Hyang/Arca...
Puncak Hyang sangat dekat dari puncak Argopuro. Puncak Hyang di sebut juga puncak Arca karena disini terdapat arca kecil berwujud manusia duduk di singgasana yang langsung diukir dari batu yang menancap di lereng. Sayang kepalanya sudah hilang. Disini terdapat tempat datar dan rapi yang bisa buat mendirikan tenda.
Penanda Puncak Arca berupa sebuah arca tanpa nama
Puncak Rengganis dilihat dari Puncak Hyang
±11.00
Meninggalkan puncak Hyang. 
Lembah jalur alternatif yang menghubungkan puncak-puncak 
Karena target 3 puncak sudah tuntas dan tinggal turun, tanpa sadar langkah kaki rasanya minta dipercepat. Jalur turun berupa tanah liat kering dan berdebu tebal sehingga sepatu tidak kelihatan bentuknya, tertutup debu.

±13.00
Tiba di Cemara Lima...

Cemara Lima berupa lembah yang bisa ditempati untuk mendirikan tenda. Ada satu tenda berdiri disini dengan kondisi kusut dan sepertinya tidak berpenghuni? Penghuninya kemana? Tadi waktu jalan turun tidak berpapasan sama sekali dengan orang lain. Lihat tenda itu kesannya horor jadinya hehee...

±14.00
Memasuki Hutan Lumut...
Disebut Hutan Lumut karena vegetasinya sangat rapat, membuat sinar matahari terhalang untuk masuk ke dasar hutan. Sehingga tingkat kelembabannya sangat tinggi dan membuat tanah serta batang-batang tanaman dan pohon tertutup oleh tumbuhan lumut berwarna hijau. 

Memasuki hutan lumut ada kesan tersendiri yang membuat bulu kuduk berdiri, apalagi kalau berjalan sendirian. Banyak pohon-pohon raksasa disini dan akar-akar gantung yang usianya mungkin sudah puluhan bahkan ratusan tahun.

Setelah cukup lama berjalan di Hutan Lumut, samar-samar terdengar suara motor dan lama-kelamaan suaranya makin dekat. Saya pikir suara motor itu berasal dari Danau Taman Hidup, karena bisa diakses dengan sepeda motor. Berarti posisi kami sudah dekat dengan Danau Taman Hidup.

±14.40
Tiba di Danau Taman Hidup. Ternyata benar dugaan saya, ada dua sepeda motor dan dua warga lokal yang sedang memancing di Danau Taman Hidup. Tidak ada rencana menginap disini, tapi sayang sekali kalau cuma sebentar di Taman Hidup. Singgah cukup lama disini, makan-makan dan menikmati pemandangan Taman Hidup.

±17.00
Meninggalkan Danau Taman Hidup. Nah disinilah terjadi sedikit masalah. Dimana jalan dari Danau Taman Hidup menuju Bremi? Kurang lebih setengah jam bolak balik mencari petigaan jalur yang menghubungkan Danau Taman Hidup, Hutan Lumut dan Bremi. Untungnya ketemu dengan 2 orang yang sedang memancing tadi. Setelah tanya-tanya, ternyata pertigaannya masih masuk lagi agak jauh ke dalam Hutan Lumut. Kalau dari arah Danau Taman Hidup, pertigaan belok kiri menuju Bremi. Belok kanan kalau dari puncak atau Hutan Lumut.

Mengingat sudah malam, langkah kaki saya percepat bahkan kadang setengah berlari supaya segera sampai di Bremi dan istirahat. Disinilah saya bersama Adi terpisah dengan Oyong dan temannya. Masalah kembali menghadang ketika hampir sampai di pemukiman. Ketika sudah melewati perkebunan dan lampu-lampu rumah sudah terlihat jelas di depan mata, namun kami salah ambil jalan dan bertemu jalan buntu yang langsung berbatasan dengan sungai. Mau tidak mau harus balik lagi mencari jalan yang benar, padahal energi sudah mau habis.

±19.00
Alhamdulillah tiba Pos perijinan di desa Bremi yang sudah tutup karena sudah malam. Di sebelah pos, ada warung yang masih buka penuh dengan pendaki yang juga baru turun. Tidak terhitung berapa gelas minum yang sudah saya habiskan di warung. Seperti habis terkena dehidrasi, tenggorokan rasanya masih minta diguyur minum terus. 

Semakin malam udara semakin dingin serasa masih di atas gunung. Wajar saja, ternyata posisi desa Bremi di ketinggian di atas 900 mpdl. Setelah makan dan puas bersantai di warung, Saya dan Adi berjalan keluar menuju jalan raya yang jaraknya tidak jauh dari Pos Perijinan. Ketemu jalan raya, bila ke kanan yang jalannya menurun adalah arah ke Probolinggo ada Basecamp, penginapan dan Balai Desa Bremi. Sedang ke kiri yang jalannya naik akan ketemu dengan Masjid Al Barokah, Kantor Polisi Krucil dan Hotel Bumi Bremi Permai. Karena Bremi adalah desa wisata yang sudah cukup terkenal dan lokasinya di dekat pusat kecamatan Krucil, sehingga fasilitas disini sudah lengkap, ada hotel dan penginapan. Sudah ada moda transportasi umum juga berupa bis akas kecil, meskipun jadwalnya hanya 2 kali sehari tiap pagi dan sore. Sementara para pendaki lain menuju penginapan, saya dan Adi memutuskan istirahat dan tidur di masjid saja.


HARI KE 4, 18 AGUSTUS 2015.

Setelah subuh, jalan kaki menuju Hotel Bumi Bremi Permai yang juga menjadi terminal bis akas. Sekitar jam 06.00 bis berangkat meninggalkan desa Bremi. Selamat tinggal Argopuro... Semoga bisa menjelajah keindahanmu lagi di lain waktu ;)

Wednesday, December 16, 2015

MESSNER DAN JUREK

 2 ORANG TERHEBAT DALAM SEJARAH PENDAKIAN GUNUNG


Nostalgia dengan catatanku di blog multiply 8 tahun yang lalu, yang aku tulis sekedar untuk wawasan dan motivasi diri sendiri. Tidak menyangka kalo banyak yang sharing, padahal catatan aslinya sudah hilang bersamaan dengan multiply gulung tikar. Hmmmm... Bukan bermaksud untuk mengarahkan dan mempengaruhi, tapi fakta apa adanya tentang 2 orang pendaki legendaris gunung-gunung 8000mdpl.

Friday, December 11, 2015

Pendakian Arjuno Jalur Purwosari


RUTE BERSEJARAH MENUJU PUNCAK ARJUNO

Catatan Pendakian kali ini adalah Gunung Arjuno jalur Purwosari yang saya alami pada tanggal 13-14 Juni 2015. Ditemani oleh Saiful Adi dari Mojosari, Mojokerto. Awalnya rencana pendakian hanya sampai pos terakhir. Namun apa daya, puncak memang selalu menggoda, sehingga akhirnya bablas sampai puncak Ogal-Agil 3.339m.

Sabtu, 13 Juni.

Rumah Mbah Juru Kunci
Trek awal
±11.08 WIB. Perjalanan dimulai dari rumah juru kunci situs-situs purbakala. Mengambil jalan pintas lewat ladang kopi milik warga, hingga akhirnya ketemu dengan jalur utama pendakian yang berupa jalan makadam. Di kanan kiri jalan makadam adalah perkebunan kopi milik warga. Selama di jalan juga ketemu dengan tandon air milik warga dan gubuk.

POS 1 GOA ANTABOGA
±11.57 WIB. Tiba di POS 1 GOA ANTABOGA. Disambut dengan papan hijau bertuliskan DAERAH TRADISI PEMBARETAN WARGA BARU DIVIF 2 KOSTRAD dan gerbang gapura bertulis GUO ONTO BOEGO (Indonesia: GOA ANTABOGA). Disini selain goa Antaboga, juga tugu Antaboga, pondok untuk istirahat, sumber air dan toilet, serta camping ground.

Persimpangan jalan
+12.30 WIB. Setelah istirahat dan sholat dhuhur, mulai jalan lagi meninggalkan POS 1. Tepat di atas POS 1 ada semacam persimpangan jalan, jalan yang benar dilewati pipa air. Kondisi jalan sudah didominasi tanah, meskipun masih banyak batu-batu yang menghiasi sepanjang jalan. Semakin ke atas jalannya makin didominasi tanah.

Tandon air
Kiri/lurus ke puncak
+12.54 WIB. Melewati tandon penampungan sumber air. Di sini bertemu pertigaan, jalur ke puncak lewat jalan kiri yang dilewati pipa air. Di sebelah kiri kadang-kadang masih terlihat perkebunan warga, sementara di kanan adalah hutan.

POS 2 TAMPUONO
Warung
Pondokan
Sendang Dewi Kunti
+13.15 WIB. Tiba di POS 2 TAMPUONO. Beberapa pendaki sedang beristirahat di POS. Sampai disini disambut sebuah pos kecil dan warung. Tapi begitu jalan lagi ke atas ternyata lebih banyak lagi warung dan pondok peristirahatan, dan situs-situs perbakala. Istirahat cukup lama disini sambil berkeliling melihat-lihat. Disini terdapat petilasan EYANG ABIYASA dan ada kolam kecil bernama , juga ada kamar mandi dan toilet. Istirahat sebentar disalah satu pondok sebelum melanjutkan perjalanan.

POS 3 EYANG SAKRI
+14.15 WIB. Melewati POS 3 EYANG SAKRI. Bertemu dengan beberapa pendaki yang sedang istirahat.

+14.43 WIB. Melewati sebuah pondok yang kelihatan angker karena seperti sudah lama tidak ada yang menempati, tapi kondisinya masih bagus.

POS 4 EYANG SEMAR
+15.19 WIB. Tiba di POS 4 EYANG SEMAR. Ada sumber air dan beberapa pondok. Di POS EYANG SEMAR ini kita sudah bisa menikmati pemandangan yang ada di bawah. Setelah ishoma, perjalanan pun berlanjut.

POS 5 EYANG MANGKUTOROMO
Pondokan
+16.55 WIB. Tiba di POS 5 EYANG MANGKUTOROMO. Ada pondok, sumber air dan toilet. Istirahat dan tidur disini, mengumpulkan kembali energi untuk berangkat ke puncak nanti malam.

+23.00 WIB. Bangun dan menyiapkan asupan energi buat ke puncak.

+24.00 WIB. Perjalanan menuju ke puncak di mulai. Dengan membawa ransel berisi kompor, nesting, air, mie dan 2 botol besar air mineral, saya dan teman-teman meninggalkan Petilasan EYANG MANGKUTOROMO. Tidak jauh di atas EYANG MANGKUTOROMO adalah CANDI SEPILAR. Tapi karena malam dan gelap, jadi tidak sempat menikmati bentuk candinya.
CANDI SEPILAR


Minggu, 14 Juni.

+02.35 WIB. Sampai di monumen Jawa Dwipa. Ada beberapa tenda yang berdiri di sini. Setelah melewati monumen Jawa Dwipa, jalur mulai terjal tidak terkendali. Ada tanjakan cukup panjang dan terjal dengan kemiringan 45-80° sehingga harus merangkak dan sangat menguras tenaga.

+05.30 WIB. Matahari sudah terbit dan puncak belum juga terlihat. Istirahat dulu sambil meratapi nasib gagal menikmati matahari terbit di puncak. Bikin api unggun untuk mengusir dingin sambil menunggu teman-teman yang masih tertinggal di bawah. Setelah menunggu beberapa menit belum ada tanda-tanda kemunculan teman yang dibawah, akhirnya saya berdua dengan Syamsul melanjutkan perjalanan ke puncak, sementara Lia dan adiknya Syamsul menunggu Saiful dan kawan-kawan yang masih di bawah.

Pemandangan menuju puncak
Pertemuan jalur Purwosari - Lawang
+07.00 WIB. Sampai di pertemuan jalur Purwosari dan Lawang, berarti tidak lama lagi sampai puncak.

Gumpalan es
+08.00 WIB. Akhirnya sampailah di area puncak. Di beberapa bagian tanah di area puncak ternyata terdapat gumpalan es, menandakan suhu dingin yang lumayan ekstrim dibawah nol derajat. Tepat di bawah puncak ada seorang pendaki yang mengalami kepala pusing. Untungnya saya sedia obat sakit kepala. Ada beberapa tenda yang berdiri di area puncak. Lumayan banyak juga pendaki yang ada di puncak.

Tas saya taruh di bawah sebuah batu besar yang ada celukannya, lumayan melindungi dari teriknya matahari. Saatnya menikmati pemandangan di puncak Ogal Ogil...

Gunung Kawi dan Buthak. Jauh di kanan adalah Gunung Kelud.
TNBTS

Setelah menikmati pemandangan, saya beristirahat di bawah sebuah batu besar yang ada celukannya dimana saya meletakkan ransel sebelumnya. Eh tidak tahunya ada rombongan yang seenaknya ikut menikmati air saya yang saya taruh di samping tas, dikira tas saya punya temannya... Haduhh.

Sambil menunggu teman-teman, saya memasak mie karena perut sudah mulai keroncongan. Setelah mengisi perut kembali menjelajah area puncak untuk menikmati pemandangan.

+11.30 WIB. Setelah lumayan lama menikmati puncak dan menunggu teman-teman yang lain tak kunjung muncul, saya pastikan mereka tidak meneruskan sampai ke puncak. Saya putuskan untuk turun. Saya cepatkan langkah kaki meninggalkan puncak, bahkan berlari karena khawatir teman-teman menunggu dibawah.

+12.40 WIB. Sampai di CANDI SEPILAR. Sesampainya di EYANG MANGKUTOROMO, saya dapati teman-teman lagi molor semua ternyata hehehe...

+16.00 WIB. Siap-siap turun meninggalkan EYANG MANGKUTOROMO. Karena hari sudah beranjak sore, langkah kaki kami cepatkan.

+18.00 WIB. Tiba di POS 2 TAMPUONO.

+19.00 WIB. Tiba di POS 1 GOA ANTABOGA. Disini saya baru merasakan kaki sakit semua karena efek turun sambil berlari.

Sesampainya di basecamp, tidak berlama-lama, segera meluncur pulang ke rumah karena sudah malam dan besok harus berkarya lagi :)

Terimakasih kepada mas Saiful Adi dan kawan-kawan yang telah menemani perjalanan saya.